Inilah galat satu Nagari Tuo Pariangan dalam Tanah Datar Sumatera Barat yg telah masuk desa tercantik. Nagari berasal-usul masyarakat Minang Kabau ini terletak pada lereng Gunung Merapi memakai taraf ketinggian 500-700 dpl. Disinilah banyak terlihat loka tinggal tata cara bagonjong tradisional berbahan dasar kayu yg masih terjaga menggunakan baik dengan adanya komitmen menurut anak nagari yang ingin menjaga
Perjalanan ke Nagari Pariangan Sumatera Barat ini saya mencoba menggunakan sepeda motor saja untuk menikmati suasana perjalanan dimulai dari kota Padang sampai ke tujuan. Memang perjalanan menggunakan sepeda motor membutuhkan banyak perlengkapan seperti helmet, jacket, sarung tangan, sepatu, dan lain sebagainya tetapi mempunyai cara yang cukup phenomenal bagi saya. Sebagai urang awak Minang Kabau, saya ingin mengunjungi nagari asal-usul saya yaitu Pariangan, Nagari Tuo Pariangan di Tanah Datar Sumatera Barat.
Bagaimana Cara ke Nagari Pariangan dalam Lokasi dan Arah Tujuan untuk Saya Pribadi.
Nagari Tuo Pariangan berlokasi di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Posisi tepatnya berjarak 95 km ke utara dari kota Padang dan/atau 35 km ke arah tenggara dari kota wisata Bukittinggi. Nagari Pariangan ini terletak di lereng Gn Merapi dengan hawa sejuk dan pemandangan alam yang masih alami.
Cuaca cerah saya mulai meluncur ke tujuan Nagari Tuo Pariangan dimulai pada 07:30 WIB. Sepanjang perjalanan saya banyak menemukan hal yang menarik yaitu dengan banyaknya anak muda yang menikmati perjalanan menggunakan sepeda motor dan berhenti menikmati secangkir kopi sebelum memasuki lembah anai. Sebenarnya, perjalanan ini adalah pertama kali saya lakukan ke Nagari Tuo Pariangan. Baru sekarang ingin menyempatkan diri melihat Pariangan sebagai nagari asal-usul urang awak Minang Kabau. Bukan karena tidak ingin mengetahui asal-usul tetapi saya ingin melihat langsung dan membagikan pengalaman ini kepada rekan semua terutama yang berasal dari Sumatera Barat khususnya urang awak Minangkabau.
Dimulai dengan air terjun lembah anai yang sangai elok dilihat dengan hijaunya pepohonan yang menaungi jatuhnya gemercik air sangat indah terasa dimata. Berhenti sejenak untuk menikmati suasana udara yang sejuk menepi dan sempat mengabadikan jepretan sebagai kenang-kenangan pribadi. Setelah melewati air terjun lembah anai saya juga melihat sisi sebelah kanan sudah tersedia tempat permandian mega mendung yang cukup murah meriah jika anda berkeluarga mencoba wahana ini. Lokasinya persis ditepi sungai dengan air yang sangat bersih dan alami dengan posisi letak sebelah kanan.
Setelah memasuki daerah Padang Panjang saya mengabil arah ke Batu Sangkar dimana lokasi ini merupakan jalan utama trans-sumatera menuju ke kota Solok. Setelah melewati posko timbang mobil berat kira-kira +/- 2-3 Km saya mengambil JALUR KIRI menuju ke kota Batu Sangkar dan jalur kanan langsung ke kota Solok. Memasuki Jalan Raya Padang Panjang - Batu Sangkar ini sebenarnya sudah memasuki Nagari Batipuh. Dominasi pemandangan hijau dan pertanian dari masyarakat setempat yang baru panen padi terlihat dengan hamparan tikar untuk menjemur hasil panen. Dengan semangatnya saya menikmati perjalanan ini setelah berkendara dengan motor sekitar 3-4 km memasuki kumpulan sawah kiri kanan. Setelah menemukan beberapa belokan sudah mulai memasuki Nagari Tuo Pariangan dengan posisi sebelah kiri.
Inilah pemandangan sebelum memasuki Nagari Tuo Pariangan Tanah Datar Sumatera Barat.
Tulisan gerbang Selamat Datang di Nagari Tuo Pariangan sudah terlihat saya langsung memasuki kedalam nagari ini. Suasanya sejuk dengan hembusan angin gunung membelai muka saya yang sengan saya buka kaca helmet ingin merasakan hawa sejuk menyibak rambut.
Pesona Nagari Tuo Pariangan Tanah Datar.
Sebagai Nagari Tuo asal-usul suku Minangkabau ini sudah memiliki sistem pemerintahan yang cukup mumpuni saat itu. Peranan seorang Raja juga mempunyai pengaruh kuat untuk tata krama norma di dalam lingkungan masyarakat.
Dengan mempunyai karakter sebuah pemerintahan dapat dilihat sampai sekarang dengan peninggalan bersejarah dimulai dari Mesjid, Surau, Rumah Gadang Bagonjong Raja, Pengadilan, Tempat Bibit Semai, dan infrastruktur lainnya. Menurut saya dengan peninggalan inilah kemungkinan menjadikan Nagari Tuo Pariangan Tanah Datar Sumatera Barat ini menjadi desa terindah di dunia dengan cerita dibalik philosofi suatu daerah.
Inilah salah satu bentuk rumah bagonjong yang ada ni Nagari Tuo Pariangan.
Alternatif Kendaraan Lain dari Kota Padang ke Nagari Tuo Pariangan Tanah Datar.
Saya hanya bisa merekomendasikan apabila rekan semua ingin ke Nagari Tuo Pariangan Tanah Datar ini menggunakan kendaraan carteran pribadi atau secara rombongan. Jika menggunakan bus umum harus estafet dan saya sangat sanksi karena rekan semua tidak begitu mengetahui medan dimulai perjalanan dari kota Padang Sumbar sampai ke lokasi yang cukup jauh jarak temouh. Apabila rekan ingin datang ke Nagari Tuo Pariangan yang rancak ini masukan kedalam itinarary trip khusus berlibur di Sumatera Barat berdampingan dengan Rumah Gadang Pagaruyung Batu Sangkar. Kedua rute ini masih dalam satu Kabupaten.
Kembali ke tema kunjungan saya ini, dengan antusiasnya saya ingin mengunjungi Nagari asal-usul nenek moyang saya ini maka saya khusus mengunjungi daerah ini dengan rasa bangganya. Ternyata, nenek moyang saya dahulu memiliki pengetahuan yang cukup besar terhadap wawasan pemerintahan pada waktu itu dengan telah diterapkan sistem hukum dan perundang-undangan yang mengikat setiap warga. Untuk pertanian mereka telah menyiapkan cara dan sistem bercocok tanam yang cukup baik dengan menyediakan sedikit lahan untuk penyemaian yang sampai sekarang masih dijaga kelestarian dengan nama Sawah Gadang Satampang Baniah.
Phenomena Nagari Mempengaruhi Suku Minangkabau.
Dengan luas 17,95 km persegi cukup memberi pengaruh besar terhadap watak terhadap sikap suku Minangkabau hingga saat ini. Berawal cerita dari leluhur masyarakat Minang mempercayai bahwa nenek moyang mereka berasal dari puncak Gunung Merapi disebabkan pada waktu itu kondisi bumi dalam keadaan banjir besar berbentuk lautan, dan hanya terlihat puncak Gunung Merapi saja pada saat itu. Setelah waktu berjalan cukup panjang akhirnya air mulai surut, sehingga terbentuk suatu komunitas masyarakat yang telah bertempat tinggal di puncak gunung akhirnya mereka membuka daerah atau nagari yang pertama bernama Pariangan di lereng gunung merapi. Awal cerita inilah maka nagari ini dijuluki sebagai Nagari Tuo atau Daerah Tua cikal bakal sistem adat kemasyarakatan suatu daerah yang ada di bumi Minangkabau.
Pengamat sistem pemerintahan yang telah dianut oleh Nagari Pariangan pada saat itu sangat mirip dengan konsep pemerintahan yang ada di Negara Yunani yaitu otonom dan egalitarian. Tetapi berjalannya pemerintahan di NKRI juga berpengaruh. Pada tahun 1980 sistem yang ada di nagari berhenti dengan dipengaruhi sistem pemerintahan yang telah diatur oleh pemerintah pusat RI yang disamakan yaitu sistem desa. Terjadi perubahan sejak 1999 adanya sistem UU Otonomi daerah menjadikan sistem desa berubah menjadi ke sistem Nagari yang dimanfaatkan oleh suku Minangkabau untuk mempertahankan Nagari sebagai pola pemerintahan yang sudah lama dianut oleh mereka. Aneka usaha itu berhasil dengan sempurna menjadikan sistem Nagari menjadi sistem yang sudah baku menjadi ciri khas tatanan pemerintahan yang telah lama dipertahankan di Sumatera Barat telah kembali. Inilah Nagari yang menjadi rujukan Nagari Tertua yang begitu berpengaruh di bumi Minangkabau. Dengan umur yang sudah sepuh sudah sangat berhasil memberikan sistem pemerintahan terhadap nenek moyang kami. Inilah Minangkabau yang mempunyai budaya begitu kaya yang masih ada sampai sekarang.
Inilah Rekap Penting Kunjungan Wisata Saya Seharian di Nagari Tuo Pariangan.
Setelah memasuki pintu gerbang Selamat Datang Di Nagari Tuo Pariangan Tanah Datar saya berjalan sekitar 250 meter masuk disambut oleh persawahan yang hijau dan menguning. Saya berbelok kiri menuju ke Mesjid Ishlah. Mesjid ini menjadi tempat khusus bagi muslimin untuk menunaikan kewajiban sholat lima waktu. Mesjid tua ini dibangun pada abad ke 19 oleh Syekh Burhanuddin seorang ulama Minang. Dilihat dari arsitekturnya cukup mengesankan dan unik dengan atap berbentuk limas segiempat bertingkat dengan ciri khas jendela disamping mesjid, sempat dilakukan renovasi pada tahun 1920 dan 1994. Dari bentuk sebagian orang berpendapat bahwa arsitektur gaya dongson yang hampir sama di daratan tibet. Dengan bentuk yang cukup berbeda ini bisa berdiri bersebelahan dengan benagunan lain sangat menarik seperti rumah gadang bagonjong disekitar mesjid. Sangat Indah sekali. Dengan luas masjid dengan ukuran 16 x 24 meter ini terdapat pincuran air panas yang hulunya berasal dari Gunung Marapi yang pada zaman itu juga digunakan oleh ninik mamak nenek moyang, sampai saat sekarang ini masih digunakan oleh penduduk Nagari Tuo Pariangan dan tamu kunjungan seperti saya dan anda.
Ingin mengabadikan bentuk Mesjid ini dengan beberapa rumah asli bagonjong saya ambil diatas tanah yang berbentuk datar dan harus menaiki anak tangga yang sudah dibuat permanen oleh nagari. Sangat indah sekali. Saya sempat mengabadikan poto ini sebagai kenang-kenangan perjalanan saya hari ini yang bisa saya share kepada teman semua. FYI, daerah tanah datar ini menjadi asal nama Kabupaten Tanah Datar walaupun daerahnya tidak datar.
Inilah bentuk mesjid yang saya maksud di tulisan diatas.
Tidak hanya itu saja peninggalan yang ada di Nagari Tuo Pariangan, saya menuju jalan utama Nagari lagi menuju ke atas bertemu dengan beberapa rumah gadang yang cukup masih terawat dan ada Guess House yang menggunakan rumah gadang. Anda bisa menikmati fasilitas ini tidak jauh dari mesjid posisinya sebelah kanan. Di jalan utama inilah ada tempat yang menjadi perhatian saya yaitu Sawah Gadang Satampang Baniah yang merupakan sawah pertama yang dibuat oleh Dt Tanajo Gurhano, dapat dikatakan inilah cikal bakal sawah tercipta dan inilah tempatnya. Lokasi sawah ini masih di jalan utama Nagari. Sawah ini sudah termasuk kedalam cagar budaya yang harus dijaga dan tetap terjaga sampai sekarang. Philosofi ini masih dipertahankan oleh Nagari Tuo Pariangan sebagai landmark bersejarah dari nenek moyang.
Inilah sejarah yang tidak bisa terbantahkan dengan cetak mula awal persawahan mulai dari Nagari ini. Dengan tanah yang sangat subur menjadikan petak Sawah Setampang Baniah ini sangat tepat di lokasi ini. Nenek moyang harus hidup dengan bahan pokok beras yang harus ditanam untuk kelangsungan hidup kedepan. Dengan contoh sawah ini terciptalah deretan sawah di lereng bukit dengan sistem pengairan yang sudah telah mereka persiapkan dari hulu lereng gunung marapi yang berlimpah dengan mineral penting yang bisa menyuburkan tanah. Saya sangat takjub sekali melihat deretan tingkat sawah yang menghipnotis mata saya selama perjalanan ini. Perbukitan disulap sedemikian rupa pasti membutuhkan waktu yang cukup lama untuk tercipta sawah sekian luasnya. Sungguh berdedikasi dan berpegetahuan nenek moyang Minangkabau kami.
Sawah dengan subur juga ada tempat tinggal jenis rumah gadang dengan kayu yang sudah berumur ratursan tahun masih berdiri kokoh dan kuat disisi kiri dan kanan jalan. Dari kasat mata terlihat sudah dan terbukti bahwa suasana kental Minang yang ada di Nagari Tuo Pariangan ini sangat berbeda sekali. Anda bisa menjadi saksi jika bisa melihat langsung ke lokasi Nagari Pariangan ini bahwa rumah ini sudah berumur ratusan tahun.
Inilah pemadangan sawah di Nagari Tuo Pariangan Tanah Datar Sumatera Barat:
Seorang tokoh juga ada dimakamkan di lokasi ini yaitu beliau bernama Dt.Tantejo Gurhano sebagai tokoh adat dari Nagari Pariangan. Ukuran makam cukup besar dengan Panjang 25,5 m dan lebar 1 meter. Tetapi saya tidak bisa memasuki lokasi ini karena lokasi pemakaman dikunci pada pintu masuk. Jadi saya tidak bisa mengabadikan.
Masih di lokasi jalan utama Nagari Pariangan saya juga menuju ke tempat persidangan adat berupa susunan batu saling berhadapan ibarat seperti meja pada saat sekarang untuk memutuskan kasus hukum pada Nagari Pariangan. Tapi juga sayang, saya tidak dapat memasukinya karena lokasi bersejarah ini dikunci oleh pihak Nagari. Tetapi saya hanya bisa melihat dari jauh saja. Sedih juga rasanya .....
Akhirnya menuju ke puncak saya melihat adanya tempat istirahat sejenis Cafe Kawa Daun. Sejenis minuman tradisional dari daun kopi yang diseduh ibarat seperti minuman teh. Anda harus mencoba jika ada di Nagari Tuo Pariangan Tanah Datar.
Inilah sharing perjalanan saya di Nagari Tuo Pariangan Tanah Datar Sumatera Barat. Ada beberapa peninggalan lain tetapi saya buat inilah hal yang sangat menjadi philosofi penting bagi nenek moyang Minangkabau yang terpatri sebagai budaya hingga sekarang. Semua ilmu pengetahuan dan hukum dimulai dari Nagari Tuo Pariangan ini, nenek moyang merujuk ke Nagari ini untuk membentuk suatu pemerintahan baru di lokasi lain sehingga terbentuklah kerajaan-kerajaan kecil yang sudah pasti rekan juga mengetahui. Inilah mahakarya dari nenek moyang Minangkabau yang harus dijaga keberadaanya yang tidak akan lekang dengan waktu. Berpadu dengan kekuasaan Yang Maha Pencipta menjadi suatu daerah yang begitu indah yang tidak ada ditempat lain. Kekayaan budaya dan adat istiadat Minang menjadi ciri khas Sumatera Barat sebagai daerah Adat Bersandi Syarat dan Syarat Bersandi Kitabullah. Semoga anda juga bisa datang ke Nagari Tuo Pariangan Tanah Datar ini sebagai destinasi wisata anda yang harus dikunjungi.
Dilain kesempatan saya akan berkunjung kembali ke Nagari Tuo Pariangan Tanah Datar Sumatera Barat tempat asal-usul nenek moyang urang awak Minangkabau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar