Rabu, 30 Desember 2020

Gedung Tua di Kota Padang yang Hilang di Telan Zaman

Gedung tua yg hilang dalam telan zaman masih membentuk misteri pada kota Padang. Dari beberapa literatur

1. Hotel Padang Tempo Dulu

Sebagai kota metropolitan jaman itu kota Padang sudah berdiri beberapa hotel dikawasan bisnis. Dengan banyaknya beberapa pedagang yang datang tentu membutuhkan tempat peristirahatan. Kapal uap besar yang merapat di Emma Haven {Teluk Bayur} tentu akan membawa banyak manusia untuk melakukan transaksi dagang seperti dari Eropa dan bangsa lainnya.

Tentu beberapa hotel yang beroperasi di kota Padang seperti Hotel Atjeh, Hotel Kong Bie Hiang, dan Hotel Oranje. Tetapi dengan berjalannya waktu hotel asli ini sudah tidak dapat ditemukan lagi dikota Padang.

Hotel Oranje : Terletak di Jl Gereja bertepatan dengan Hotel Ina Muara. Hotel tempo dulu ini beroperasi pada zaman itu sebagai tempat istirahat bagi para saudagar atau Belanda. Hotel ini sudah di revitalisasi menjadi Hotel Ina Muara baru yang sudah diangun beberpa tahun yang lalu.

Hotel Oranje 1890

Jalan sepanjang Hotel Oranje dan Hotel Atjeh 1901

Hotel Oranje 1900 - 1940

Hotel Oranje 1928

Hotel Oranje 1930

Kitchen Hotel Oranje 1930

Ruang Baca Hotel Oranje

Hotel Sumatera : Terletak kira-kira dekat Penjaga Berok atau Penjara muara sekarang kira-kira tahun 1867.

Hotel Sumatera 1867

Hotel Sumatera 1870

Hotel Ambacang berlokasi di dekat Jl Dobi sekarang, Kondisi gedung hotel tidak kita temukan lagi sekarang dan sudah berubah menjadi gedung hotel model baru. Nostalgia melihat gedung lama yang sudah ditelan oleh zaman.

Pasar Ambacang / Hotel Ambacang

Jl Bundo Kanduang tempo dulu

Hotel Central yang terletak di Jl MH Yamin. Sekarang ditempati oleh Mesjid Nurul Iman dan Kodim.

Pagar Hotel Central 1927

Persimpangan Alang Laweh - 1930

Alang Lawasweg {Jl Alang Lawas tempo dulu}

2. Kantor Pos dan Giro.

Kantor ini terletak di Jl Bagindo Aziz Chan. Terjadinya perubahan gedung termasuk arsitekturnya dari awal bediri sampai dengan sekarang.

Kartor Pos 1910

Kantor Pos 1920

3. Kantor Telekom.

Kantor ini terletak di Jl Bagindo Aziz Chan. Lokasi ini masih ditempati oleh Telkom sebagai tempat operasionalnya. Di lokasi inilah dulu melayani telegraph untuk pengiriman berita sebelum adanya SMS atau media sosial lainnya.

Kantor Telekom 1910

Kantor Telekom 1920

4. Stasiun Pulau Aie.

Bangunan ini didirikan pada tahun 1900 dan terletak di jalan Pulau Air, kelurahan Palinggam, Kecamatan Padang Selatan. Bangunan yang mempunyai luas 27,50 x 12 m2 ini memiliki pintu masuk yang berada di tengah bangunan sehingga seolah-olah membagi bangunan menjadi dua bagian. Bagian atas bangunan ditutupi dengan atap seng, sedangkan jendela yang terdapat pada bangunan ini hampir keseluruhan berbentuk persegi. Dilihat dari kesejarahannya diketahui bahwa bangunan ini dahulunya berfungsi sebagai Stasiun Kereta Api yang menghubungkan antara Padang sebagai pusat kota dengan Pulau Air yang merupakan daerah yang dekat dengan kawasan Muaro (Batang Arau) pantai kota Padang. Sedangkan pada masa sekarang bangunan ini sudah tidak berfungsi sebagai stasiun kereta api lagi, tetapi berfungsi sebagai tempat tinggal dengan kondisi yang sangat tidak terawat. Padahal Stasiun ini mempunyai Nilai Sejarah kota Padang. Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ

Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ

Stasiun ini dibangun pada tahun 1900 berlokasi di Jl Pulau Air, Palinggam Padang Selatan. Dengan luas 27,50 x 12 m2 dimana pintu masuk berada ditengah gedung. Dari poto dilihat bangunan ditutupi oleh atap seng dan keseluruhan jendela berbentuk empat persegi. Dari sejarah stasiun ini digunakan sebagai penghubung transportasi Kereta Api antara kota Padang - Pulau Air - Muaro {Batang Arau} - Pantai Padang. Saat sekarang beberapa jalur sudah terbengkalai atau bahkan hilang sama sekali. Tetapi jalur ini tertimbun oleh bangunan atau memang hilang ditelan zaman.

Stasiun Pulau Air 1905 - 1920

Jalur Kereta Pulau Air 1915

Stasiun Pulau Air 1935

5. Pasar Mudik.

Pasar ini merupakan tempat berniaga yang cukup ramai di kota Padang tempo dulu. Proses penggantian nama menjadi Pasa Gadang oleh penduduk Padang dan diganti menjadi Jl Batipuah sampai sekarang dari tahun 1930. Disebelah kiri ada mesjid.

Pasa Mudik 1930

6. Kampung Seberang Padang.

Lokasi ini ditempati oleh para perantau yang kembali ke kota Padang. Kemudian mereka menetap di lokasi pinggiran arah selatan atau dibibir sungai Batang Arau. Menurut sejarah lokasi ini dinamakan "Kampuang Batuang" menurut sejarah Belanda bahwa lokasi ini didiami oleh para perniagaan, pedagang garam, dan nelayan.

Seberang Padang 1890

7. Gedung Pengadilan.

Lokasi gedung pengadilan ini berada di Jl Diponegoro. Dilokasi yang sama juga terdapat Kantor Dewan Kehakiman Michielsmomumen pada tahun 1890

Add caption
Add caption
Add caption

  Kantor Dewan Kehakiman dan Michielsmomument 1890 - Jl Diponegoro

Gedung Pengadilan 1910

8. De Javasche Bank atau Bank Indonesia.

De Javasche Bank beroperasi di Indonesia pada tempo dulu 1864 membuka cabangnya di pulau Jawa yaitu di Muara ini. Lokasi pertama terletak di Jl Nipah sebagai gudang militer yang digunakan untuk operasional perbankan. Pada 29 Agustus 1864 kegiatan perbankan resmi beroperasi dengan direktur yang pertama A.W. Verkouteren.

De Javasche Bank - 1895

De Javasche Bank - 1900

Pada tanggal 31 Maret 1921 lokasi de Javasche Bank memulai perpindahan gedung didepan Jembatan Siti Nurbaya sekarang dengan arsitek Hulswitt-Fermont-Cuypers. Secara resmi gedung ini digunakan pada tahun 1925. Setelah Indonesia merdeka gedung ini diambil alir oleh Bank Indonesia sampai sekarang.

de Javasche Bank - 1931

9. Tugu De Greve.

Untuk mengenang jasa De Greve, Belanda membangun tugu ini didepan de Javasche Bank ini. Tugu ini terletak sebelah kanan dari poto diatas {de Javasche Bank - 1931} karena masuknya Penjajahan Jepang tugu ini dihancurkan dan tidak ditemukan lagi sampai sekarang. De Greve adalah seorang ahli geologi yang merekomendasikan untuk mengeksplorasi emas hitam {batu bara} di Sawahlunto - Ombilin.

10. Kampung Cina.

Lokasi ini dimulai di sudut Apotik kinol sampai ke klenteng di Pondok. Pada saat itu transportasi yang umum digunakan adalah Bendi.

11. Pembangkit Listrik Kampung Durian.

Gedung ini dibangun pada tahun 1900 sebagai PLTU. Pada saat sekarang sudah berubah fungsi menjadi tempat olah raga bagi masyarakat setempat. Terletak di Jl Koto Baru, Kel Koto Baru, Kec Lubuk Begalung ini mempunyai luas 30 x 47,25 m2 yang menyatu datu dengan yang lainnya. Atap gedung menggunakan seng dengan dinding batu bata. Dengan arsitektur unik ini membuat gedung ini sangat antik jika dilihat dari depan. Jendela berbentuk persegi untuk keseluruhan dan mempunyai lengkung dibagian atas. Dibelakang terdapat bak penampung air yang berbentuk menara.

PLTU Kampung Durian 1935

12. Toserba A.H. Tuinenburg.

Toserba ini ada pada abad ke 20. Informasi toserba ini juga diiklankan diberbagai media koran yang terbit waktu itu seperti warta berita, sinar sumatera, dst. Lokasi toserba di tanah lapang alang laweh dengan nama pemilik J.Boon.Jr yang menjadi usaha turun temurun. Jenis barang yang dijual barang impor dari negara eropa seperti jam tangan, sepeda, gramofon, alat musik, dan lainnya. Tentu pelanggan waktu itu adalah kaum elit dari Belanda dan Cina. Dengan adanya toserba ini menerbitkan beberapa seri kartu pos {prentbriefkaart}dengan gambar yang indah. Dengan adanya kegiatan ini banyak terdapat rekam jejak bangunan penting yang ada dikota Padang yang menjadi koleksi penting di Eropa termasuk perpustakaan Belanda dan toko antik.

A.H. Tuinenburg - 1899

Toserba ini memberikan peranan penting dalam bidang olah raga di Hindia Belanda. Ada hubungannya dengan iklan promosi sepeda pada poto ini pada waktu itu. Didepan toko bertulisan kata FONGERS RIJWIELEN {sepeda Fongers} salah satu merek sepeda yang sangat terkenal pada zaman itu. Toserba inilah yang mempelopori masyarakat kota Padang menggunakan sepeda sebagai transportasi utama untuk menempuh perjalanan didalam kota.

Toserba lain ada di Padang 1910 - Warenhuis te Padang, ter Sumatra's Westkust

13. Pantai Padang.

Pada zaman kolonial Belanda lokasi pantai Padang sangat bagus dengan landscape yang tertata serta mempunyai estetika tempat untuk santai dan bermain. Karena lokasi pantai Padang ini banyak terjadinya abrasi pantai atau pasang laut membuat kolonial Belanda membangun arsitektur yang lebih aman.

Pantai Padang - 1890

Pantai Padang yang masih belum abrasi - 1900

Taman Indah di Pantai Padang - 1898

Pantai Padang 1912 - 1914

Teras Pantai Padang - 1910

Strandweg - Jl Samudera - Pantai Padang - 1890

Jl Samudera tempo dulu

14. Jalur Kereta Api dan Jembatan Menuju Emma Haven {Teluk Bayur}

Infrastuktur yang dibangun oleh kolonial Belanda untuk memudahkan jalur transportasi mengangkut semua hasil bumi atau transportasi menuju ke daerah tersebut.

Jembatan dari Seberang Padang menuju Emma Haven {Teluk Bayur}

Boekit Poetoes - Emma Haven {Teluk Bayur} - 1935

Stasiun Kereta Api Emma Haven {Teluk Bayur} - 1910

15. Tugu Michiels.

Tugu berlokasi di Taman Melati didepan Hotel Oranje {Hotel Ina Muara}. Dasar tugu dari leburan besi dan lantai marmer full-relief. Ujung tugu meruncing dan beberapa tingkat. Gaya Eropa kuno sekali bentuk tugu ini dan sangat indah. Tidak referensi yang jelas mendukung ketinggian Tugu ini, diperkirakan sekitar 14,4 meter.

Tugu Michiels ini ada sekitar 3 buah yang tersebar dibeberapa daerah {pertama} Kota Padang {kedua} tepatnya di Waterloopein - lapangan waterloo atau lapangan banteng, lokasi persis disudut timur Mesjid Istiqlal {ketiga} di kota Surabaya. Periode pembangunan diperkirakan antara 1853 - 1855. Di Surabaya namanya Bali Monument karena pada saat itu Belanda merayakan kemenangan di BAli tahun 1849

Siapa Mayor Jenderal Andries Victor Michiels?

Dia adalah Mayor Jenderal yang sangat berjasa kepada kolonial Belanda dan mempunyai rekam jejak yang sangat gemilang dalam perperanan. Dia lahir di kota Maastricht (Nederland) pada tanggal 23 April 1797. Pertama kali mendarat di pulau Jawa pada tahun 1817 dengan pangkat Lettu. Dia juga terlibat pada perang di Cirebon dan Diponegoro pada tahun 1831. Kemudian dia dipindahkan ke Sumatera Utara dan kemudian diangkat menjadi komandan militer di daerah Sumatera Barat dengan pangkat Letkol. Dia juga berjasa dan menaklukkan Tuanku Imam Bonjol.

Dengan prestasi ini kemudian Kolonial Belanda mengangkat dia menjadi Kolonel pada tahun 1837. Setelah ditugaskan di Sumatera Barat dia juga menguasai beberapa daerah, atas prestasi ini dia diangkat menjadi May-Jend pada tahun 1843. Dia dipromosikan menjadi Komanda KNIL pada tahun 1849 dan harus memimpin ekspedisi di pulau Bali. Tetapi dia tewas disana terbunuh dan dimakamkan di pemakaman Kebon Jahe Gober - Kerkhof Laan {Tanah Abang} Jakarta Pusat. Sekarang dikenal dengan Museum Taman Prasasti.

Maka dibangunlah Tugu Michiels di beberapa tempat untuk menghargai jasa-jasanya. Tetapi ketiga monumen ini tidak dapat ditemukan lagi karena kemungkinan dihancurkan pada zaman penjajahan Jepang yang terjadi sebelum Indonesia merdeka.

Monumen Michiels di pojok Waterlooplein, Batavia {Lapangan Banteng -Jakarta}

Monumen Michiels sekitar tahun 1900 - 1940 {Taman Melati}

Beberapa tempat tempo dulu atau gedung tua yang ada di kota Padang yang hilang ditelan zaman. Bukan berarti keseluruhannya hilang tapi ada yang berubah fungsi ataupun dihancurkan sama sekali dan dibangun dalam bentuk baru. Dengan adanya poto ini kita bisa mengenal sejarah kota Padang tempo dulu yang cukup mewakili dari poto yang kami tampilkan pada blog ini. Begitu lengkap dengan infrastruktur yang dibangun dengan fasilitas mendukung yang ada dibangun oleh Belanda. Inilah sejarah yang harus dihargai dan merawat semua peninggalan ini sebagai bukti yang harus dipertahankan agar tidak hancur dimakan usia dan tidak dirawat. Ini sebagai gambaran beberapa bangunan atau gedung tua yang telah hilang ditelan zaman atau bahkan dihancurkan pada zaman penjajahan Jepang.

"Disclaimer"

Poto ini adalah Property atau Copyright dari media-kitlv dan tropenmuseum.nl dan lainnya

Penggunaan poto Padang tempo dulu hanya penelusuran sejarah yang ingin saya tampilkan di blog ini.

Blog ini tidak memiliki atau merasa memiliki hanya sebagai ilustrasi saja.

Bukan untuk diperjualbelikan atau dikomersialkan.

Tag: kumpulan foto kota Padang tempo dulu | ranah minang tempo dulu | foto kuno kota Padang | Minangkabau tempo dulu | arsip poto kuno Padang | potret ranah Minang tempo dulu |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar